si dhita punya cerita

...cerita sederhana dari ku untuk sahabat dan untuk ku dari sahabat...

My Photo
Name:
Location: Jakarta,,, Indonesia

an ordinary girl with an extra-ordinary dreams..

Tuesday, December 12, 2006

Lelaki Tua & Wanita Pub itu.. by: 'fie

Lelaki Tua & Wanita Pub itu

Tulisan ini teruntuk, Dinda, Imel, Kesya, Iva, Zahra, serta sederet nama lain yang sudah datang & pergi seenak jidat mereka. Aku sendiri pun lupa, setiap nama yang pernah ku coba jajaki hatinya, seperti tape recorder ku yang usam, & pikun untuk mengerti arti sebuah lagu yang ia akan nyanyikan.

Aku mencoba melepas himpitan hati ini yang terlalu malu untuk berbagi ruang dengan seorang gadis.

Mencoba peruntungan, melalui teman terdekatnya hanya mendapatkan jawaban yang serupa “ dia sudah punya pacar mas “, entah sudah orang yang ke berapa yang berbicara dengan intonasi & penekanan yang serupa.

Aku ini pria yang perasa. Tingkat kejenuhan ku naik turun sesuai dengan berita yang ku dapat tentang wanita itu, ya..wanita yang tak ku harapkan mendapat jawaban yang serupa dari teman terdekatnya.

Fantasi ku hampir sama dengan pria metropolis lainnya, dapat memeluk keheningan di sela-sela semampai tubuh seorang objek fantasi, dapat bercumbu dengan kata yang ia ucapkan, atau mencabuli setiap gerakan yang ia tunjukan sebagai rasa sayangnya padaku.

Terkadang aku bergaul dengan sebuah dimensi angan-angan yang ku anggap menarik. Cara lain untuk ku bersenang-senang adalah, menikmati gadis-gadis kampus ku dari balik bilik otak yang selalu & terlalu berfikir dewasa.

Keseharian ku terisi keluh & harapan. Kawan-kawan ku sudah lelah mendengarnya, tapi bagaimana mungkin aku menelan semuanya sendiri tanpa memuntahkan sebagian pada sahabat terdekat ku. Cemoohan kawan-kawan kampus pun sudah sering mengedor gendang telinga, mereka menganggap aku adalah orang pesimis. Memang apabila dipandang melalui kasat mata, aku begitu adanya.

Aku ingin berpindah ke tempat yang lebih hidup, yang didalamnya kepulan asap rokok seperti kepulan asap pabrik. Serta alunan soneta yang mulai membawaku melewati tirani kehidupan. Denting senar menggaungkan imajinasi kesendirian yang syahdu. lelaki tua disebelah ku menyebutnya ini musik clasik. Aku merasa tertarik untuk menikmati bersama lelaki tua ini, yang mulai meletup-letupkan pembicaraan dengan ku.

“ Nak apa yang kau pikirkan, sepertinya pikiran mu kosong, rasakanlah alunan musik, seperti kau merasakan para wanita cantik itu “ serunya sambil tertawa.

“ wah pak, pacaran serius aja aku belum pernah, apa lagi mencoba merasakannya, & hal itu hanya sebuah angan belaka “ jawab ku lesu

“ nak wanita itu, ibarat piringan hitam. Putarlah tembang yang kau suka. Menarilah

bersama alunan nada yang bisa kau resapi kejujurannya. & rawatlah sampai suatu

saat piringan itu tak kan pernah lagi bersuara “

“ tapi pak, mengapa setiap aku menemukan piringan yang aku suka, aku pun menemukan antrian panjang yang ingin menikmatinya juga. Lalu aku merasa, aku tak kan pernah bisa menikmati indahnya nada dari piringan tersebut “ jawab ku.

“ hidup ini bagai kompetisi nak, maka dari itu jadilah kompetitor yang hebat. Jangan pernah menjadi seorang pengeluh, karena itu tiada artinya. Tunjukan kelebihan mu, kerahkan semua yang kau bisa. Maka bila saatnya tiba, akan banyak orang yang akan mengantri untuk memberikan piringan hitamnya padamu, karena engkau memang lebih layak untuk menikmatinya “

Setelah sekian lama berbincang-bincang aku memutuskan keluar dari pub, gerai angin malam membelai bulu pundak ku, menemani raga yang selalu mengatakan sesuatu pada hati atau pikiran ku.

“ hei anak muda, mengapa kau menghabiskan malam ditempat seperti itu ? “. tanya wanita yang berada dibelakang ku.

“ di tempat itu aku bisa merasakan keharuan, mungkin pengaruh musik yang menyabotase suasana hati ini jadi melankolis.” jawab ku tanpa menoleh.

“ baru pertamakali aku menemukai pria seumuran mu berada ditempat seperti itu, kenapa ?, baru putus atau ditolak “ tanyanya lagi.

“ putus atau ditolak seperti kata yang lama hilang dalam hidup ku, kini aku sedang mencarinya kembali “. Jawab ku yang mulai berhenti dipersimpangan jalan.

“ jangan terlalu menggebu untuk mencari keberadaan cinta, jalanilah selagi engkau masih bisa menikmati kesendirian mu “ jawab wanita itu yang kini menampilkan wujudnya.

“ kau wanita di pub tadi “ tanya ku yang tak menyangka salah satu wanita cantik itu kini tepat disebelah ku.

“ ya, aku kurang enak badan jadi aku memutuskan pulang. “. Kini ia melangkah lebih dulu.

Aku mulai menyusul & melanjutkan pembicaraan dengannya, wanita ini sepertinya punya asam garam mengenai pergulatan cinta. Ia mulai bercerita tentang kisah cintanya sepanjang malam, hingga embun yang malu-malu itu turun.

Kami berdua kini duduk disebuah kedai, masih membicarakan seputar wanita, dari cara menatap, berkenalan, memperlakukannya, hingga mengajaknya untuk hidup dihati. Entah aku mulai menikmati bergumul dengan segala argumennya tentang wanita. Tapi sekarang hampir subuh, aku mengantuk, wanita itu pun mengajaku mampir ke kosannya.

Tanpa menolak aku berdiri & bergegas. Singkat kata wanita itu mulai menanggalkan pakaiannya & kembali memakai dengan yang lebih tipis, tanpa malu dengan ku yang sengaja membelakanginya.

“ jangan munafik anak muda, ini kan yang selama ini ada dalam khayal mu tentang wanita “ serunya.

Jantung ku berdebar lebih kencang dari gema beduk takbiran, walaupun sejujurnya saat-saat inilah yang paling aku dambakan. Ia merebahkan tubuhnya tepat disebelah ku, merangkul ku, & mencoba mengajari ku melewati dimensi-dimensi sejati yang belum pernah aku temui sebelumnya.

Pagi hampir pergi, aku terbangun & meningalkan wanita itu secepat aku melangkah. aku mengalami goncangan terbesar dalam batin ku, merasa bersalah, takut akan adzab, & yang lainnya, becampur menjadi perasaan yang tak karuan.

Berhari-hari aku tenggelam dalam perasaan seperti itu, mencoba lari dari kenyataan bahwa aku melakukan kesalahan, tak kan pernah lagi aku berniat untuk menemui wanita seperti itu, gumam ku dalam hati, tapi kini lamunan ku hilang saat wanita itu tepat disebrang kampus ku.

“ dari mana kau tau aku kuliah disini “ tanya ku dengan sedikit meninggikan

intonasi.

“ lelaki tua di pub itu mengatakan kau kuliah disini, ikutlah dengan ku kita bicarakan ini dengan secara dewasa ” jawabnya sambil meraih tangan ku untuk menuntun. Kami berdua duduk searah di suatu restoran cepat saji ternama, wanita itu menatap ku penuh kehangatan, namun aku selalu melempar-lempar pandangan ku tak tentu.

“ lupakan lah kejadian waktu itu, kini kau telah merasakan realita dari angan-angan mu, aku tau kau merasa bersalah, atau merasa tak karuan lainnya, buanglah semuanya, hidup mu tak teratur apabila kau masih memikirkannya “

ku terdiam, tak mengerti apa yang harus aku ucapkan pada wanita itu, aku malah sibuk mengutuk diriku yang telah bangga melakukan hal seperti itu. & aku melakukannya dengan menerobos pagar dokma-dokma yang secara turun-menurun telah ditaati.

“ Hai anak muda, jangan takut dengan ku, aku datang bukan untuk menagih bayaran ku, karena….?. aku datang untuk menagih jerih yang telah aku ajarkan pada mu, aku yakin kau bisa melakukannya, itu semua akan merubah hidup mu & pola pikir kekanak-kanakan mu. Persiapkanlah dirimu untuk meraih hidup yang baru. Sekarang lihatlah wanita muda disebrang meja, sedari tadi ia mencuri pandang pada mu, pandang lah matanya dengan kepastian kasih, lihat lah prilakunya saat kau memandangnya, apa bila ia memandang mu juga meskipun sedikit, berarti ia berharap pada mu “

Benar apa yang telah dikatakan wanita pub itu, wanita disebrang meja, kini memandang ku secara sembunyi.

“ hampirilah, & ajak lah ia berkenalan, jangan kecewakan aku anak muda “ perintah wanita pub itu.

Dengan sedikit keberanian & rasa bersalah, aku hampiri wanita disebrang meja, mengawali dengan memperkenalkan diriku sampai berbincang-bincang tentang hal menarik, yang bisa mencairkan suasana. Suara Percy Sledge bertembang When a Men Loves a Woman, mulai mendayu menemani kami melewati senja. Tapi kemana wanita pub itu, ia pergi tanpa ku tau arahnya.

Setelah senja itu aku tak sendiri lagi, selalu ada deringan di tiap waktunya. ya wanita sebrang meja itu. kini ia mulai memapah ku ke dalam realita dari angan-angan ku yang lalu. Hati ku yang dulu malu untuk berbagi ruang, kini dengan senang hati ia buka lebar-lebar ruangnya. Pandangan kawan-kawan ku pun telah sirna terbawa waktu-waktu yang berdebu. & lebih hebatnya lagi, setelah aku putus dengan wanita disebrang meja itu, kini aku lebih ” PERCAYA DIRI “ untuk menaklukkan kucing-kucing betina lainnya.

Sudah dua bulan lebih tiga hari. aku mulai menikmati dinamika hidup ku yang berangsur-angsur berubah. Ini saatnya aku tunjukan pada lelaki tua & wanita pub itu, bahwa aku kini sudah bisa jatuh cinta lagi.

Ku lihat kerumunan penduduk di sekitar pub tersebut. Ternyata ada razia, aku mulai khawatir dengan keadaan. Polisi menyeret lelaki tua serta wanita pub itu. dengan tergesa aku menghampiri mereka, & meminta izin pak polisi untuk berbicara dengan mereka berdua.

“ ada apa dengan kalian “ tanya ku dengan wajah panik

“ mereka tertangkap basah sedang melakukan hubungan intim, disalah satu ruang di pub tersebut “ selak polisi memberi tahu ku.

“ hai anak muda ternyata kau berhasil “ tanya lelaki tua itu dengan tenang.

Aku haru tak menjawab sambil melirik ke arah wanita pub itu, wanita ku pun seperti ketakutan dengan menggenggam erat tangan ku.

“ maafkan aku, sesungguhnya aku yang telah membayar wanita pub & wanita disebrang meja itu untuk merubah hidup mu, namun kini tak sia-sia usaha ku, & aku yakin kau bisa anak muda “ serunya sambil melangkah ke arah mobil patroli dalam senyum.

fie’

untuk jiwa, raga & sebagian ruh ku yang hampir kosong.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home