si dhita punya cerita

...cerita sederhana dari ku untuk sahabat dan untuk ku dari sahabat...

My Photo
Name:
Location: Jakarta,,, Indonesia

an ordinary girl with an extra-ordinary dreams..

Tuesday, December 12, 2006

bayu kelana1 .. by: 'fie

Aku Suka Kamu

Aku suka kamu

Aku suka mata mu

Aku suka wajah mu

Aku suka suara mu

& aku suka semua yang ada pada mu,

intinya aku cinta mu

aku tau kau tau hal itu,

tapi hanya satu yang kau tak tak tau dari dirimu& membuat aku begitu membenci dirimu..

“ pengkhianatan “

sebuah Pesan

hey, honey lagi ngapain ?

kamu udah makan apa belum?

Aku lagi dijalan mau pulang, kabarin aku yah yang,

Aku kangen kamu..

_ luv’u _

itu percakapan terakhir kami,

sebelum angkutan yang ia naiki terpingkal membawa ke sisi lain dari,

alam yang belum pernah aku jajaki sampai hari ini,

aku belum sadar atas kepergiaanya atau kepergiaanya yang belum bisa, menyadarkan aku.

Aku terhunus perlahan-lahan,,,berita itu seperti pisau yang terasa dingin menyentuh persendianku yang kurus.

Jadi anggaplah kita mencintai untuk ditinggalkan,

Seperti kita yang selalu ditinggalkan orang-orang yang kita cintai


Pengakuan ku

Aku siapa aku,

Aku menulis kata aku untuk mewakili seorang aku yang khalik,

Tapi sesungguhnya,

Didalam kata aku itu, aku hanya seorang yang berpengharapan,

bahwa nulari ku berhalusinasi betapa busuknya aku,

aku ini hanya seorang aku yang bisa menulis kata aku dalam setiap kosa kata novel atau puisinya,

ya mungkin itu aku & cobalah anggap itu aku.

Pengharapan

Andai aku ini seorang yang berpengharapan mungkin aku bisa tersenyum dengan pengharapan tersebut.

Tapi pengharapan itu sudah lama tumbang dalam surga pengharapan bahwa, berharap itu adalah dusta.

Kini aku hanya berjalan sesuai dengan keinginan otak kiriku yang makin ditumbuhi lendir penyesalan & ditambah kekosongan hampa yang ingin merajut kembali sebuah harapan baru dengan yang lain.

Rekayasa Takdir

Aku menunggu mu, saat-saat malam menerpa janin hatiku yang membiru karena merindu mu.

Aku gusar saat-saat fajar kau tak disamping ku menemani dalam melewati hari dengan senyuman.

Tapi aku sadar hanya seorang dia yang bisa membuat aku begitu,,ya dia,

Dia yang kini berupaya perlahan-lahan melepaskan genggaman ku dengan takdir yang sudah terekayasa sebelumnya.

Cinta usam

Engkau dulu yang kupuja dengan sejuta rasa ku yang hampir habis.

Engkau dulu yang membuat aku tertawa dibawah kecaman orang disekeliling ku,

Namun,,,engkau,,,engkau pulalah yang kini yang membuat aku menangis.

sesungguhnya aku ini sedih & sakit dengan mendarah daging,

tapi aku pulih saat aku menemui kisah usam ku, yang kini sering mengetikan kata cintanya tiap malam.

Dan kini aku hanya seorang manusia yang berpengharapan dengan seorang usam yang menghujamkan kata cintanya lebih dalam dari pada engkau

Malam ditepian laut Kaspia

Aku bermuram ditepian laut kaspia.

Berfilsafat tentang gadis bercadar yang mengoyak sebagian hati ku yang berubah jadi merindu.

Dokma-dokma eropa ku cukup kuat bertentangan dengan sabda-sabda tuhan gadis bercadar itu.

Aku ingin mendekapnya, tapi aku tak yakin bisa melepas dekapan orang-orang disekelilingku yang mencibir penuh nafsu.

Lama aku terdiam

Sepertinya otak ku tersampul mati oleh pemikiran yang berakar pada kebisuan.

Ingin ku tenggelamkan renungan itu & kuangkat bila saatnya tiba bersama bulan yang memerah ditepian laut kaspia.

Aku & Padi

Senja itu aku berjalan ditengah sawah.

Tiap langkah ku teriringi jutaan daun yang menghijau,

Parau dari kejauhan terdengar gemuruh adzan, seperti menyindir ku & membandingkan dengan penghijauan disekeliling ku.

Benar ia lahir dari ribuan belaian & asuhan dengan harap guna yang telah jadi kodratnya.

Namun aku lahir & tumbuh dari kontroversi dengan ribuan bibir yang mengecut penuh ambisi.

Sesaat setelah senja aku kembali dalam pangkuan doa yang membawaku menghadap dalam susunan wujud yang nampak haram dimata sang pencipta.

Hanya kalian

Marindu tawa kalian.

Merindu ulah kalian.

Dan merindu kisah sedih kalian itu sangat indah bagiku.

Ya sangat indah,,,sampai ruh & raga kalian pergi satu-persatu maninggalkan kota ini, meninggalkan aku ini yang sendiri & tak tau harus kemana.

Kabarnya kalian sukses,,,,aku bangga pernah mengenal kalian,

Ya kalian adalah urat nadi dalam kebahagiaan ku.

Kalian coreng muka orang-orang yang mencemooh ku,

kalian memang benar-benar sahabat ku.

Akan kutunggu kalian hingga waktu ini mengerutkan masa muda dalam kehampaan tanpa kalian

Sebuah Pemikiran

Sebuah soneta yang indah.

Dimana pertukaran nada diperhitungkan melalui emosi dan cinta.

Serupa dengan hidup yang terjalin melaui simfoni alam serta hukum-hukum yang dapat menyeimbangkan pola pikir penghuninya.

Kami, engkau dan aku ,masih saja memperdebatkan tentang teori-teori atau ideologi, yang merupakan aplikasi untuk mencapai sebuah tujuan.

Dimana tujuan-tujuan itu akan membuat mu angkuh dan akan membuat metapersepsi buruk tentang mu.

Carilah jalan untuk mendekati ajal dengan suka cita, bukannya menditeksi keburukan suatu pemikiran yang akan lebih menyengsarakan mu kelak.

Anak kecil ku

Bulu kuduk ku terbangun, bukan karena takut atau ngeri dengan panorama yang aku hadapi.

Justru..justru aku kagum dengan anak kecil itu.

Ia masih bisa tersenyum saat menatap ku.

Kemarin ia hampir tertimpa tiang penyangga, saat guncangan dasyat itu mengganggu tidurnya.

semua kerabatnya telah menyatu dengan tanah.

Yang tercium hanya bau amis darah orang tuanya.

Tapi tanpa peduli ia masih bisa tersenyum ditengah reruntuhan rumahnya, dan ia masih bisa bermain diatas reruntuhan itu.

Maaf bukannya dia tak mengerti akan hal tersebut.

Tapi satu hal yang bisa kita pelajari dari anak kecil itu bahwa ia melupakan justu untuk mengingatnya kelak.

Dan bahwa ia dulu pernah runtuh, namun semangatnya takan pernah runtuh, seperti saat ia bermain diatas puing dengan obsesi permainan dunia yang selalu beragam.

Dewi lestari ku

Aku membutuhkannya, untuk mendekap ku dalam kerinduan.

Aku menginginkannya, untuk menarik bibir ku menjadi senyuman yang indah dalam menghadapi dunia yang liar ini.

Aku butuh dia sebagai mitra kesengsaraan ku yang terlarut-marut dalam gonjang-ganjing dunia percintaan.

Sayangnya aku hanya berkhayal dan membodohi diri tanpa henti seperti saat ini, tanpa mau mencari siapa gerangan yang terbutuhi.

Aku tulis ini untuk kerinduan & sang dewi lestari yang kini jauh ditanah sebrang.

Sebuah keironisan

Aku tersenyum hari ini

Aku pun tersenyum…kapan pun aku mau

Dan aku pun tersenyum hingga aku mati nanti

aku coba hiasi hidup ku dengan senyum

tapi ironisnya,

saat aku terpaksa harus bersedih

senyuman itupun terlumati kesedihan.

Andaikan tuhan tak menciptakan kesedihan..mungkin saat ini pun aku akan tersenyum.

Aku Telah Kembali

Aku telah lahir

Aku mulai menapak

Aku mulai berbicara

Aku mulai terbuai angan

Hingga aku mulai berpengharapan

Aku temui dirinya setelah belasan cinta mulai berguguran.

Aku mulai dengan terbahagiakan hingga aku mulai kesakitan

Hanya sekejap aku merasa kesakitan

Tuhan menarik ku perlahan hingga akirnya seutuhnya aku tertarik

Aku kembali dengannya ataupun tanpanya, tetap aku akan hidup kembali, bukan lagi untuk dirinya, tetapi untuk dia.

Belum aku tulis judul

Kehancuran antara nada-nada yang tersulang, coba lupakan hidup ini yang penuh segala kemudahan dunia keinsanian.

Aku tulis ini saat tak bisa membedakan kebenaran ataukah ilusi.

Jumlah hari-hari ini membuat ku muak untuk melihat kenyataan bahwa aku harus melewati cobaan.

Mengarungi semuanya sendiri tanpa ada yang peduli dengan kehidupan ku.

Suatu pembendaharaan bentuk telah aku nikmati.

Aku kaya akan harta dunia.

Aku terperanjat, sang gadis meminumkan keharuman kasih sayangnya padaku.

Ternyata aku tak harus sendiri memikul kebahagiaan ini yang terlalu dibahagiakan.

The Khadijah..by: 'fie

The Khadijah

Ku lihat guratan umur yang matang dengan asamnya pengalaman yang terbebani, dibawah bintang yang mengalun sendu ia menelusuri setiap tapak jalan dengan bakul berisikan gorengan & lontong isi, setiap peluh ia usap dengan senyuman kepada sang pelanggan, harap nya hanya dapatkan laba, hanya itu,,,hanya itu caranya untuk menyambung hidup hari tuanya di rumah singgahnya kini “ panti jompo “, sesungguhnya ini suatu perlakuan yang pelik didalam umurnya yang makin ujur dan seharusnya ia tinggal banyak tirakat untuk bekalnya kelak, dan aku dalam episode ini hanya berperan sebagai anak sekolahan menengah atas yang biasa membeli dagangannya setiap hari.

“ bu, biasa, lontong 2, bakwan 2 “

“ tumben, kok pagi sekali datangnya nak ? “, tanyanya pagi itu yang sudah siaga di depan sekolah ku.

“ iya bu, aku piket hari ini “, lihat lah tangannya yang nampak lelah saat mengorganisasikan pesanan ku kesehelai daun pisang & aku merasa ruhnya seperti mengatur monolog kecil dengan kejiwaan ku yang iba melihatnya.

sudah hampir 2 tahun setengah aku melihat, memperhatikan, & menelusup sinergi kehidupannya namun tak nampak kehidupan lain dalam hidupnya, tanpa banyak basa-basi aku ingin berterus terang tentang sesungguhnya keberadaannya dalam cerita yang mengatur imajinasi ku untuk mengerakan jari-jemari ini menulis kata indah untuk dinikmati dan dihayati, dia…dia itu KHADIJAH LAKSMINI, ku lihat nama itu dari data rumah jompo yang ia tempati, ia jarang bercengkerama dengan dengan penduduk jompo lain, entah mengapa, mungkin ia pula dimarginalkan dan tereksploitasi padahal ia mempunyai tutur kata yang halus & pribadi yang menawan.

Kista, ya…kista, ia mengidap kista seru seorang penjaga panti jompo yang hanya diajak bicara oleh Khadijah, pukul 4 pagi khadijah sudah mempersiapkan barang dagangannya, pukul 5 ba’da shubuh ia mulai bersiap menelusuri embun yang menyejukan rongga fikirnya yang makin redup termakan usia dan penyakit yang makin meresap, mengoyak, bahkan mengedor-gedor sistem kekebalan tubuhnya, anak semata hatinya tega meniggalkan dirinya didalam ruang serba kering dan keras, tanpa jengukan, tunjangan, apa lagi senyuman sejak 12 tahun silam,…jiwa ku bergerak ingin mengusut jati dirinya, namun penjaga tersebut seperti menyimpan banyak pemaknaan tentang khadijah,

“ dulu khadijah pernah terlihat ceria, ia sapa setiap penduduk jompo dengan senyuman, manis sekali saat itu, namun hal itu terhenti saat ia ceritakan padaku mengapa ia ceria, ia telah bertemu anaknya disebuah pasar bersama istri dan cucunya, tapi khadijah langsung murung dengan menjelaskan secara terbata-bata bahwa anaknya menganggap ia sebagai pengemis, terbukti dengan uang keping yang ia beri pada khadijah, setelah pelipur & penjaga hatinya wafat ia kerap disiksa anaknya, sesungguhnya hanya masalah sepele, anaknya hanya takut kehilangan harta warisan ayahnya, aku mengerutu dalam alam hati yang basah, nistakah khadijah harus mengemban dilema sejauh ini.

“nak, sesungguhnya apa yang kau inginkan dari khadijah ? “, tanya sang penjaga. Aku terbisu menahan jutaan jutaan huruf yang terorganisir dan terjaring untuk menggerakan lidah ku yang serta-merta mengatakan “ bukakan lah tabir hidupnya untuk ku “.

“ untuk apa nak, dan apalah arti seorang khadijah untuk mu ? “ hardik, penjaga itu

“ aku iri padanya, tubuhnya sudah melayu dan berbau tanah namun ia masih mampu menghujam bumi setiap saat, aku memandang khadijah layaknya mata air jernih ditengah lumpur yang memanas, didalam tubuhnya terdapat jutaan sel yang bisa saja suatu saat memadam, namun jauh dalam hati kecilnya ada semangat yang mampu menghidupkan kembali jutaan sel diambang gejolak hidupnya yang sangat sarat akan pengorbanan, sedangkan kaum ku, kaum hedonisme, kaum yang hanya bisa menahan gegap gempitanya cobaan dibalik ketiak kegigihan orang tuanya. Selang beberapa lama mulut ku mulai tetutup saat sang penjaga itu mengalih kerjakan lagi dirinya tuk menjadi indikator dalam cerita selanjutnya.

“ malam itu, dalam sebuah pesta dusun, khadijah tampil sebagai penari, wajahnya yang ayu, indah nan berbinar meliukan naluri para lelaki yang terperanga melihatnya, terlebih Darmo salah seorang ketua dari banyaknya centeng yang tersebar didusun itu, ia sangat terobsesi pada khadijah dan benar-benar menggilai hingga mencoba mengejakulasi dirinya secara persuasif & tersembunyi, pada akhir pementasaan Darmo memerintahkan anak buahnya untuk menculik khadijah, warga yang melihat kejadian tersebut hanya bisa ” berteriak tanpa bergerak “, mungkin dampaknya akan lebih dahsyat apabila salah satu dari mereka berani menahan antek-antek Darmo, khadijah diboyong ke sebuah pabrik tua sisa peninggalan kaum londo yang lari karena kebengisan pribumi akan kemerdekaan, selanjutnya salah satu pribumi seperti darmo ini memulai kebengisan melewati dimensi birahi yang akan ia tumpahkan pada kembang malang itu, khadijah tak mampu melawan lagi ,semakin ia melawan semakin menambah luka lebam ditubuhnya, ia hanya bisa menangis terhujam petaka dan terberai secara bergilir, secara perlahan kembang itu melunglai lemas dan hingga akhirnya membusuk.

Beberapa bulan kemudian anaknya lahir, seiring kedatangan duda beruang yang nama depannya terukir dengan inisial “ Hj “ & ia sungguh-sungguh ingin mempersunting khadijah, entah dari mana datangnya pria itu yang ku tau pasti saat itu khadijah langsung jatuh hati padanya, bukan karena harta, tapi karena kelembutan yang pria itu dalam melampiaskan energi positifnya untuk memanipulasi keadaan menjadi lebih baik tanpa mau mengorek aib pedih yang pernah dialami khadijah & mungkin ini jalan tuhan sekaligus hadiah dari buah kesabarannya dalam menerima cobaan hidup, waktu yang membawa khadijah dalam kebahagiaan & kasih sayang penuh dari tresnanya menyelimuti luka yang pernah meradang untuk beberapa saat, hidup bersama sang terkasih dalam mahligai keluarga yang berlatar belakang islami ” mungkin “ bukan berarti suatu kepastian hidup yang lepas dari cobaan tuhan, terbukti dengan tumbuh luka lain seiring berkembangnya janin iblis yang kini sudah melebihi akil baligh, khadijah merasa teraniyaya oleh tutur kata & prilaku anaknya sendiri, & anaknya pun tidak segan-segan untuk menyiksa khadijah apa bila sang ayah sedang tidak berada dirumah, aku yakin khadijah memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya, tapi namanya pohon yang kuat dan terawat apabila didalamnya ditumbuhi rayap-rayap yang teralir darah iblis lama kelamaan pohon itu akan tumbang dengan sendirinya & mungkin bisa menimpa pemiliknya.

“ pa, bagaimana bapak bisa mengetahui secara detail tentang latar belakang khadijah ? “, tanya ku, tapi penjaga itu terdiam lalu melanjutkan ucapan demi ucapan tanpa mau menoleh pada pertanyaanku.

“ suaminya meninggal ba’da isya saat mengkaji isi al-qur’an dibangku goyang pelataraan rumahnya, terpukulnya khadijah saat itu membuat anaknya makin menggila & seperti kesetanan, pengaruh tersebut disulut oleh keluarganya yang makin keranjingan akan harta, terlebih-lebih saat menyuruh sang anak untuk mengirimkan khadijah ke panti jompo, dalam ketidak berdayaan hati yang masih belum bisa menerima kenyataan akhirnya khadijah sampai disini ditambah kista yang menyelimuti & menemani dalam kesendiriannya, & asal kau tau nak, aku ini adalah sebagian dari manusia yang hanya bisa “ berteriak tanpa bergerak “ di dusun malam itu, sesungguhnya aku ini menyukai & mencitai segala hal yang ia sukai, kami bersahabat sejak kecil, kami melewati hari-hari rimbun ditengah pematang yang selalu menjadi saksi betapa aku mencintainya, namun aku malu untuk mengungkapkan semuanya, selain itu aku hanya seorang bocah dusun yang berpenghasilan nasi pera & sebatang ikan asin, aku takut saat itu, antara takut kehilangan & takut untuk menyalurkan angan-angan ku yang lama-lama terbawa pergi angin sawah, akan tapi nak, aku bisa menikahinya disini,,,ya disini, dalam relung hati ini, tanpa harus mengatakan kenyataan sesungguhnya, didalam sini aku masih bisa membelai wajahnya yang mulai mengerut dengan penderitaan, aku masih bisa melihat gemulai tangannya dalam menyapu peluh kehidupan dengan senyuman, & aku masih bisa…aku masih bisa mencumbu angan-angan ku dengan nafas yang ia hembuskan untuk ku setiap harinya…ya aku masih bisa saat itu, namun kini aku kembali dengan bayu kelana, yang membawanya pergi dengan damai dalam untaian doa yang selalu kupanjatkan tiap malam untuknya.

Kami terdiam & otak kami tersimpul mati yang mengarah pada satu sosok yang kami angankan, kahadijah, kahadijah, khadijah, sedang apakah ia kini di surga, mungkin ia sedang meneguk air kebahagiaan atas semua upaya & cela yang mempunyai arti sendiri dimata tuhan,,,ya itu mungkin.

“ khadijah pernah menitipkan kalung ini pada ku, ini adalah harta terakhir khadijah “cakap penjaga itu, sambil memperlihatkan kalung itu pada ku, ku buka bandul tengahnya, ternyata…ternyata. Selipan dua foto itu aku mengenalnya, ya aku dekat dengan kehidupannya, aku paham karakternya, & aku dikasihinya, ia ayah ku, dan yang satu lagi ia kakek ku, jadi…jadi…jadi darah iblis itu ada & mengalir dalam elegi kehidupanku ku, ku terhenyap terombang-ambing buih yang membuncahkan kenyataan bahwa sejauh ini aku terfokus pada khadijah yang bersimpuh kemalangan namun ayah ku pesta pora dengan segala kenistaan.

“ pa terima kasih atas semua cerita tentang khadijah, aku senang mendapatkan pelajaran hidup dari seorang yang kusesali kepergiannya & jika diperbolehkan aku pinjam kalung ini “, sang penjaga mengangguk & tersenyum lepas, aku bergegas melangkah dengan membawa kalung itu & segundel penyesalan yang akan kulampiaskan pada ayah, aku tidak habis pikir dengan ayahku, apa otaknya sudah menyatu dengan lendir-lendir jutaan iblis yang menggerakan tubuhnya mendekati adzab, sungguh aku akan membeberkan ini dalam sidang keluarga yang ku buat dalam menguak suatu fakta besar & akan jadi fenomenal.

Pada akhirnya mereka semua mengakuinya, ya ayah & keluarga besarku yang ikut andil dalam peristiwa itu, kini mereka sadar akan kelakuannya, & kini mereka pula sering ziarah ke makam khadijah & berdoa agar khadijah diterima disisinya dengan mahkota indah dari sang Pencipta yang Khalik.

Kini aku masih menetap didepan meja komputer, mengurusi permintaan pelanggan rumah makan yang aku kelola dengan nama yang aku pampang dalam kebanggaan…… “ Warung Khadijah “.

& aku pun telah beristri yang mewarisi keanggunan dari ahlak seorang khadijah & kami membuat tulisan ini untuk mengenang para khadijah yang telah banyak menyumbangkan aspirasi & motivasi dalam korelasi kehidupan kaum adam, & saya akui sebagai kaum , saya mengidamkan sosok itu hadir dalam keseharian untuk memberi warna melalui torehan nasihat kecil yang mempunyai efek besar bagi sifat-sifat manusia yang makin keranjingan dengan liarnya dunia, oleh sebab itu sayangilah khadijah mu seperti ia yang selalu menyayangimu melalui doa & senyuman, & jangan pernah sekali pun kau campakan keberadaannya atau keberadaan yang akan mencampakan diri mu dalam kedurhakaan.

fie’

untuk jiwa, raga, & sebagian ruh ku yang hampir kosong.

Aku & Wanita yang Berpuisi

Aku & Wanita yang Berpuisi

Senja itu aku berjalan ditengah sawah.

Tiap langkah ku teriringi jutaan daun yang menghijau,

Parau dari kejauhan terdengar gemuruh adzan, Astagfirullah..seperti menyindir & membandingkan dengan penghijauan disekeliling ku.

Memang benar adanya, ia lahir dari ribuan belaian & asuhan, dengan harap guna yang telah jadi kodratnya.

Namun aku….aku ini lahir & tumbuh dari kontroversi dengan ribuan bibir yang mengecut penuh ambisi.

Akhirnya sesaat setelah senja akhirnya aku kembali dalam pangkuan doa yang membawaku menghadap dalam susunan wujud yang nampak haram dimata sang pencipta.

“ Aku & Padi “

A

ku tersenyum mendengar gadis itu meneriaki suara hatinya yang bisu & tertutup miliaran sel. & ia pun tak takut mengeluarkan alibi dari pergolakan hatinya yang dirundung rasa bersalah pada Sang Esa. Intinya aku kagum meskipun ini pertama kalinya aku melihat ia disebuah festifal sastra & puisi, sebelumnya ia tak ada, tak bersuara, atau mungkin mata ku yang terlalu kasat untuk melihat wanita semenarik dia.

malalui tahap seleksi yang begitu sengit para sastrawan senior yang bertindak sebagai juri telah menentukan pemenangnya. akhirnya pengumuman pemenang akan dibacakan oleh chief editor suatu surat kabar ternama yang menyelenggarakan acara tersebut. juara 3 dengan judul “ Senja di Gorong-gorong Jakarta Pusat “, juara 2 dengan judul “ konfrensi antek-antek kucing hutan “ , wah itu “ aku tersenyum & berjalan dalam ucapan syukur, namun siapa yang akan juara 1 ? sang chief editor itu pun langsung menghalau lamunan ku yang sedang mereka-reka tentang si penjuara“, juara 1 dengan judul “ aku & padi “, aku sudah menduga dia, wanita yang kukagumi itu yang akan menjadi juara. Namanya Shiva Ramadhan, Apa mungkin ia lahir di bulan Ramadhan atau lebih tepatnya lagi ia lahir pada malam Laylatul Qadr hingga mampu membuat sesuatu yang ia ucapkan di dengar banyak khalayak yang sibuk mengamati setiap detil yang terlontar dari bibir manisnya, “ seperti ashouk sejati lainnya yang lahir pada malam Qadr, ya malam Qadr dimana malam itu adalah malam misterius, tak ada yang tahu malam manakah yang menjadi malam Qadr selama bulan Ramadhan, & sepanjang malam itu, seluruh alam semesta tidur selama sejam. Sungai-sungai berhenti mengalir, roh-roh jahat tak lagi menjaga harta karun mereka. Rumput dapat kita dengar tumbuhnya, & pohon-pohon saling bicara. Para peri bangkit dari sungai-sungai, & para lelaki yang terbuahi malam itu akan menjadi orang bijak & penyair. Sang penyair mesti menyeru Nabi Elias, Santro Patron & semua penyair lainnya. Pada jam yang tepat, sang Nabi akan muncul, mengizinkan sang penyair untuk minum dari mangkuknya & berkata : “ mulai saat ini, kau adalah seorang ashouk sejati, & kau akan memandang segala hal di dunia ini dengan mataku. “ Demikianlah Sang Penyair itu diberkati, menguasai berbagai unsur alam semesta: para hewan & manusia, angin & lautan mematuhi suaranya, karena dalam kata-katanya tersimpan kuasa Sang Nabi.” *

Ah aku terlalu mendramatisir arti sbuah nama, tapi mungkin juga. Acara serah terima hadiah sudah terlaksana & kini acara tersebut sudah resmi ditutup, tapi aku masih penasaran dengan wanita yang berpuisi itu. senja sudah dari tadi meredup. Lampu-lampu semprong sudah dinyalakan di daerah pedesaan yang rentan akan listrik, lampu-lampu gedung itupun mulai terlelap, namun hanya sebagian & sebagian lain terpancar ke satu sosok wanita yang membuat ku kagum, ia tarlalu bingung mencari sesuatu yang bisa membawanya kembali ke dalam larutnya malam. Ku hampiri dengan segenap keberanian ku seperti ikut bergriliya dengan Fidel Castro di hutan Sierra Maistra saat ingin melumpuhkan para pemberontak. Semoga aku bisa membedakan mana pemberontak & mana wanita cantik yang ku kagumi.

“ kok belum pulang “ tanya ku yang agak kikuk melihat keberadaannya.

“ aku nunggu taksi, tapi dari tadi kok gak muncul-muncul “, jawabnya sambil membelakangi ku. “ mau aku anter pulang, sebentar lagi malam & aku rasa gak akan ada taksi yang muncul “

“ gak usah, terima kasih “, kali ini ia menjawab agak ketus.

“ oya selamat, kamu memang pantas menjadi juara pertama, aku kagum melihat kamu mempersentasikan puisi tersebut “ ia terdiam & cukup lama ia pun terdiam.

“ kamu kenapa ?, apa aku salah melontarkan ucapan seprti itu “, tanya ku yang mulai merasa kuatir dengan situasi.

“ enggak, kamu gak salah, cuma aku sedih melihat keadaan manusia yang sudah kurang menghargai syair “, jawab wanita itu.

“ lho, bukannya kamu sudah mendapatkan penghargaan & uang yang aku kira sudah cukup untuk wanita seumuran mu, lalu apa lagi ? “

Kini ia membalikan tubuhnya tepat searah dengan mata ku yang tertuju pada matanya.

“ kamu tau, para penyair timur tengah itu sangat menghargai syair & sastra, konon dulu para penyair itu rela memberikan segalanya hingga kepala mereka pun rela mereka berikan kepada para penyair lain yang bisa mengalahkanya. itu adalah salah satu alasan mengapa nama mereka masih di kenang, namun kau lihat sekarang syair & sastra hanya dihargai dengan seikat uang & selembar kertas penghargaan. & itu sebabnya aku sedih “.

Aku tertegun memikirkan perjuangan para penyair itu.

“ tapi ini Indonesia, dimana segala peraturan bisa dinegosiasikan dengan birokrasi yang bersifat sogokan atau imbalan yang bisa mengubah getirnya situasi menjadi damai, tapi apa mungkin pabila peraturan semacam itu masih berlaku hingga kini, wanita secantik dirimu akan merelakan kepalanya untuk dipenggal ?, aku rasa kamu tidak akan pernah berani untuk melakukan hal tersebut, & apabila aku menjadi sang penjuara, aku lebih baik mengawini mu dari pada membunuh mu dengan percuma “.

Kami berdua terdiam dalam sentuhan angin malam yang mulai mengintip dalam keheningan. Wanita itu mulai berjalan tanpa berkata, & fikiran ku mulai mengasumsikan bahwa wanita tersebut tak tertarik dengan keberadaanya & ratusan alasan negatif lain pun mengalir dalam selaput-selaput otak ku yang melemah, serupa seperti para politikus yang terlalu suka akan beningnya lensa kamera & hanya bisa mengintimidasi para pejabat, tanpa tahu apa yang telah sejujurnya dilakukan para pejabat tersebut, dimana seyogyanya para pejabat tersebut harusnya kita dukung untuk melakukan manuver-manuver perubahan ke tahap yang lebih baik, agar kita juga bisa lebih maju dari sekarang,

Perubahan adalah resiko yang bersifat hierarki, dimana di dalam perubahan akan melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang harus kita lawan agar kita bisa sampai pada puncak yang kita impikan, & itu pula yang memaksa kaki ku untuk mengejar wanita itu,

“ maaf, bukannya aku ingin memaksa mu untuk aku antar pulang, tapi bukannya lebih baik demikian, & aku tidak punya niat jelek sedikit pun kepada mu “ ucap ku, yang terengah menyeimbangkan derap langkahnya yang makin mengancang.

“ apa kamu tidak mengerti, bahwa aku tidak mau kau antar pulang atau kau ajak bicara, & asal kau tau, engkau bukan tipe ku, puas kau sekarang “

aku terhempas secara tidak wajar, seperti luncuran peluru nyasar yang terbenam di jantung seorang anak sekolah dasar di Aceh dua tahun silam, jawabannya yang angkuh, merengkuh hati ini untuk keratusan kalinya memunguti puing-puingnya yang hancur. Wanita itu mengendap secara nyata untuk pergi meninggalkan aku dalam ke porak-porandaan.

Hei wanita apa kau tidak mengerti.

Para lelaki membuat daya imajinasi mereka berputar hanya untuk seorang wanita.

Ratusan, ribuan, mungkin milyaran syair yang mereka buat pula, hanya untuk seorang wanita.

Tapi maaf, kali ini aku mewakili seorang laki-laki yang merasa tereksekusi, tidak akan pernah menghamburkan tetesan tinta, untuk wanita angkuh seperti dirimu.

Wanita itu menghentikan langkahnya.

Hei laki-laki yang berbicara dengan intonasi dendam.

Apabila kau sudah dapat masuk dalam hati ku & keadaan pun memutuskan kita berpisah, kau pasti akan membuat syair yang buruk tentang diriku & itu akan terulang pada wanita setelah ku.

Jadi simpanlah tinta mu, agar kau terhindar untuk membuat syair tentang diriku atau sejenis ku.

Karena lelaki seperti dirimu, hanya memandang wanita melalui teropong kecil dengan daya, jangkau paras & lekuk pervitalan wanita yang sering hadir dalam Khayal menjelang tidur mu.

Hei wanita….

Coba kau lihat realita yang ada, para lelaki tak dapat tidur nyenyak karena pikiran mereka di sabotase satu sosok yang mereka idamkan.

Coba sekali lagi kau dengar melalui hati yang tulus, bahwa sudah banyak lagu tentang wanita yang indah & laku dipasaran.

Namun aku yakin, kau takan pernah bisa melakukannya apa lagi merasakannya..

Lebih baik kau siram hati mu itu dengan air keras & tutup lah dengan jerami yang penuh kotoran babi.

Karena wanita seperti dirimu takan pernah menjadi sumber mimpi atau lagu-lagu yang indah yang selalu ku ingat atau ku kulantunkan hingga aku terlelap.

Aku memutuskan pergi menjauh & meninggalkan wanita itu setelah monolog terakhir terucap, karena mungkin upaya ku sia-sia untuk dapat mengenal dirinya lebih dalam, & mungkin aku hanya sampah berlendir yang apabila ia mau , ia akan menaruhnya di tempat yang tepat atau mungkin ia akan menginjaknyanya sambil tertawa. Sudahlah, malam semakin pekat tanpa bintang yang biasanya aku ajak berdiskusi, mungkin bintang tak hadir karena tak tega melihat diriku yang lemah termakan ucapan wanita itu, atau mungkin akan turun hujan. Ya akan turun hujan. Wajah ku tertetesi satu-persatu yang turun dari langit. Ku lanjuti langkah ku ditengah hujan yang berusaha meresap kedalam tubuh ku yang sudah lama terasa sakit dalam kesendirian.

“ Hei laki-laki yang berpengharapan, ternyata engkau benar, aku bukan orang yang pantas untuk mendapatkan syair-syair yang indah dari para lelaki yang sering memimpikan aku & aku tidak seperti wanita lain yang bisa menjadi sumber inspirasi hidup para lelaki yang mengidamkan mereka. Namun mulai saat ini aku menginginkannya, maafkan aku. sesungguhnya aku pun kagum pada dirimu, aku terlalu sering memperhatikan mu dalam setiap festival yang kau ikuti, namun aku takut apa bila kau mengenali ku kau akan buat syair tentang diriku, & aku yakin diriku tak pantas mendapatkannya. kini engkau telah mengalahkan ku melalui syair, hanya dirimu yang bisa berbuat itu, sungguh hanya dirimu yang bisa mengalahkan ku, kini aku pula tak ingin lagi menjadi angin yang selalu lari ke segala arah tanpa tanggung jawab. namun aku ingin menjadi bumi yang selalu memberikan keindahan yang abadi hingga molekul-molekul kecil itu memberikan torehan-torehan perubahan yang selalu di ingat sepanjang masa. maka dari itu aku siap menerima semua konsekuensinya………..

*) Novel Ali & Nino. Kurban Said.

Diterbitkan Pertama kali tahun 1937

.

fie’

Untuk jiwa, raga & sebagian ruh ku yang hampir kosong.

Lelaki Tua & Wanita Pub itu.. by: 'fie

Lelaki Tua & Wanita Pub itu

Tulisan ini teruntuk, Dinda, Imel, Kesya, Iva, Zahra, serta sederet nama lain yang sudah datang & pergi seenak jidat mereka. Aku sendiri pun lupa, setiap nama yang pernah ku coba jajaki hatinya, seperti tape recorder ku yang usam, & pikun untuk mengerti arti sebuah lagu yang ia akan nyanyikan.

Aku mencoba melepas himpitan hati ini yang terlalu malu untuk berbagi ruang dengan seorang gadis.

Mencoba peruntungan, melalui teman terdekatnya hanya mendapatkan jawaban yang serupa “ dia sudah punya pacar mas “, entah sudah orang yang ke berapa yang berbicara dengan intonasi & penekanan yang serupa.

Aku ini pria yang perasa. Tingkat kejenuhan ku naik turun sesuai dengan berita yang ku dapat tentang wanita itu, ya..wanita yang tak ku harapkan mendapat jawaban yang serupa dari teman terdekatnya.

Fantasi ku hampir sama dengan pria metropolis lainnya, dapat memeluk keheningan di sela-sela semampai tubuh seorang objek fantasi, dapat bercumbu dengan kata yang ia ucapkan, atau mencabuli setiap gerakan yang ia tunjukan sebagai rasa sayangnya padaku.

Terkadang aku bergaul dengan sebuah dimensi angan-angan yang ku anggap menarik. Cara lain untuk ku bersenang-senang adalah, menikmati gadis-gadis kampus ku dari balik bilik otak yang selalu & terlalu berfikir dewasa.

Keseharian ku terisi keluh & harapan. Kawan-kawan ku sudah lelah mendengarnya, tapi bagaimana mungkin aku menelan semuanya sendiri tanpa memuntahkan sebagian pada sahabat terdekat ku. Cemoohan kawan-kawan kampus pun sudah sering mengedor gendang telinga, mereka menganggap aku adalah orang pesimis. Memang apabila dipandang melalui kasat mata, aku begitu adanya.

Aku ingin berpindah ke tempat yang lebih hidup, yang didalamnya kepulan asap rokok seperti kepulan asap pabrik. Serta alunan soneta yang mulai membawaku melewati tirani kehidupan. Denting senar menggaungkan imajinasi kesendirian yang syahdu. lelaki tua disebelah ku menyebutnya ini musik clasik. Aku merasa tertarik untuk menikmati bersama lelaki tua ini, yang mulai meletup-letupkan pembicaraan dengan ku.

“ Nak apa yang kau pikirkan, sepertinya pikiran mu kosong, rasakanlah alunan musik, seperti kau merasakan para wanita cantik itu “ serunya sambil tertawa.

“ wah pak, pacaran serius aja aku belum pernah, apa lagi mencoba merasakannya, & hal itu hanya sebuah angan belaka “ jawab ku lesu

“ nak wanita itu, ibarat piringan hitam. Putarlah tembang yang kau suka. Menarilah

bersama alunan nada yang bisa kau resapi kejujurannya. & rawatlah sampai suatu

saat piringan itu tak kan pernah lagi bersuara “

“ tapi pak, mengapa setiap aku menemukan piringan yang aku suka, aku pun menemukan antrian panjang yang ingin menikmatinya juga. Lalu aku merasa, aku tak kan pernah bisa menikmati indahnya nada dari piringan tersebut “ jawab ku.

“ hidup ini bagai kompetisi nak, maka dari itu jadilah kompetitor yang hebat. Jangan pernah menjadi seorang pengeluh, karena itu tiada artinya. Tunjukan kelebihan mu, kerahkan semua yang kau bisa. Maka bila saatnya tiba, akan banyak orang yang akan mengantri untuk memberikan piringan hitamnya padamu, karena engkau memang lebih layak untuk menikmatinya “

Setelah sekian lama berbincang-bincang aku memutuskan keluar dari pub, gerai angin malam membelai bulu pundak ku, menemani raga yang selalu mengatakan sesuatu pada hati atau pikiran ku.

“ hei anak muda, mengapa kau menghabiskan malam ditempat seperti itu ? “. tanya wanita yang berada dibelakang ku.

“ di tempat itu aku bisa merasakan keharuan, mungkin pengaruh musik yang menyabotase suasana hati ini jadi melankolis.” jawab ku tanpa menoleh.

“ baru pertamakali aku menemukai pria seumuran mu berada ditempat seperti itu, kenapa ?, baru putus atau ditolak “ tanyanya lagi.

“ putus atau ditolak seperti kata yang lama hilang dalam hidup ku, kini aku sedang mencarinya kembali “. Jawab ku yang mulai berhenti dipersimpangan jalan.

“ jangan terlalu menggebu untuk mencari keberadaan cinta, jalanilah selagi engkau masih bisa menikmati kesendirian mu “ jawab wanita itu yang kini menampilkan wujudnya.

“ kau wanita di pub tadi “ tanya ku yang tak menyangka salah satu wanita cantik itu kini tepat disebelah ku.

“ ya, aku kurang enak badan jadi aku memutuskan pulang. “. Kini ia melangkah lebih dulu.

Aku mulai menyusul & melanjutkan pembicaraan dengannya, wanita ini sepertinya punya asam garam mengenai pergulatan cinta. Ia mulai bercerita tentang kisah cintanya sepanjang malam, hingga embun yang malu-malu itu turun.

Kami berdua kini duduk disebuah kedai, masih membicarakan seputar wanita, dari cara menatap, berkenalan, memperlakukannya, hingga mengajaknya untuk hidup dihati. Entah aku mulai menikmati bergumul dengan segala argumennya tentang wanita. Tapi sekarang hampir subuh, aku mengantuk, wanita itu pun mengajaku mampir ke kosannya.

Tanpa menolak aku berdiri & bergegas. Singkat kata wanita itu mulai menanggalkan pakaiannya & kembali memakai dengan yang lebih tipis, tanpa malu dengan ku yang sengaja membelakanginya.

“ jangan munafik anak muda, ini kan yang selama ini ada dalam khayal mu tentang wanita “ serunya.

Jantung ku berdebar lebih kencang dari gema beduk takbiran, walaupun sejujurnya saat-saat inilah yang paling aku dambakan. Ia merebahkan tubuhnya tepat disebelah ku, merangkul ku, & mencoba mengajari ku melewati dimensi-dimensi sejati yang belum pernah aku temui sebelumnya.

Pagi hampir pergi, aku terbangun & meningalkan wanita itu secepat aku melangkah. aku mengalami goncangan terbesar dalam batin ku, merasa bersalah, takut akan adzab, & yang lainnya, becampur menjadi perasaan yang tak karuan.

Berhari-hari aku tenggelam dalam perasaan seperti itu, mencoba lari dari kenyataan bahwa aku melakukan kesalahan, tak kan pernah lagi aku berniat untuk menemui wanita seperti itu, gumam ku dalam hati, tapi kini lamunan ku hilang saat wanita itu tepat disebrang kampus ku.

“ dari mana kau tau aku kuliah disini “ tanya ku dengan sedikit meninggikan

intonasi.

“ lelaki tua di pub itu mengatakan kau kuliah disini, ikutlah dengan ku kita bicarakan ini dengan secara dewasa ” jawabnya sambil meraih tangan ku untuk menuntun. Kami berdua duduk searah di suatu restoran cepat saji ternama, wanita itu menatap ku penuh kehangatan, namun aku selalu melempar-lempar pandangan ku tak tentu.

“ lupakan lah kejadian waktu itu, kini kau telah merasakan realita dari angan-angan mu, aku tau kau merasa bersalah, atau merasa tak karuan lainnya, buanglah semuanya, hidup mu tak teratur apabila kau masih memikirkannya “

ku terdiam, tak mengerti apa yang harus aku ucapkan pada wanita itu, aku malah sibuk mengutuk diriku yang telah bangga melakukan hal seperti itu. & aku melakukannya dengan menerobos pagar dokma-dokma yang secara turun-menurun telah ditaati.

“ Hai anak muda, jangan takut dengan ku, aku datang bukan untuk menagih bayaran ku, karena….?. aku datang untuk menagih jerih yang telah aku ajarkan pada mu, aku yakin kau bisa melakukannya, itu semua akan merubah hidup mu & pola pikir kekanak-kanakan mu. Persiapkanlah dirimu untuk meraih hidup yang baru. Sekarang lihatlah wanita muda disebrang meja, sedari tadi ia mencuri pandang pada mu, pandang lah matanya dengan kepastian kasih, lihat lah prilakunya saat kau memandangnya, apa bila ia memandang mu juga meskipun sedikit, berarti ia berharap pada mu “

Benar apa yang telah dikatakan wanita pub itu, wanita disebrang meja, kini memandang ku secara sembunyi.

“ hampirilah, & ajak lah ia berkenalan, jangan kecewakan aku anak muda “ perintah wanita pub itu.

Dengan sedikit keberanian & rasa bersalah, aku hampiri wanita disebrang meja, mengawali dengan memperkenalkan diriku sampai berbincang-bincang tentang hal menarik, yang bisa mencairkan suasana. Suara Percy Sledge bertembang When a Men Loves a Woman, mulai mendayu menemani kami melewati senja. Tapi kemana wanita pub itu, ia pergi tanpa ku tau arahnya.

Setelah senja itu aku tak sendiri lagi, selalu ada deringan di tiap waktunya. ya wanita sebrang meja itu. kini ia mulai memapah ku ke dalam realita dari angan-angan ku yang lalu. Hati ku yang dulu malu untuk berbagi ruang, kini dengan senang hati ia buka lebar-lebar ruangnya. Pandangan kawan-kawan ku pun telah sirna terbawa waktu-waktu yang berdebu. & lebih hebatnya lagi, setelah aku putus dengan wanita disebrang meja itu, kini aku lebih ” PERCAYA DIRI “ untuk menaklukkan kucing-kucing betina lainnya.

Sudah dua bulan lebih tiga hari. aku mulai menikmati dinamika hidup ku yang berangsur-angsur berubah. Ini saatnya aku tunjukan pada lelaki tua & wanita pub itu, bahwa aku kini sudah bisa jatuh cinta lagi.

Ku lihat kerumunan penduduk di sekitar pub tersebut. Ternyata ada razia, aku mulai khawatir dengan keadaan. Polisi menyeret lelaki tua serta wanita pub itu. dengan tergesa aku menghampiri mereka, & meminta izin pak polisi untuk berbicara dengan mereka berdua.

“ ada apa dengan kalian “ tanya ku dengan wajah panik

“ mereka tertangkap basah sedang melakukan hubungan intim, disalah satu ruang di pub tersebut “ selak polisi memberi tahu ku.

“ hai anak muda ternyata kau berhasil “ tanya lelaki tua itu dengan tenang.

Aku haru tak menjawab sambil melirik ke arah wanita pub itu, wanita ku pun seperti ketakutan dengan menggenggam erat tangan ku.

“ maafkan aku, sesungguhnya aku yang telah membayar wanita pub & wanita disebrang meja itu untuk merubah hidup mu, namun kini tak sia-sia usaha ku, & aku yakin kau bisa anak muda “ serunya sambil melangkah ke arah mobil patroli dalam senyum.

fie’

untuk jiwa, raga & sebagian ruh ku yang hampir kosong.

Friday, December 01, 2006

oNLy hEaVen kNoWs...

20.02.2006
sehari setelah recording drama...

19.53
backsound...angel,,sarah mclahan..

umphhh...

masih kya baru sebulan kemarin...

saat aku baru masuk kuliah,,sok brani naik bis sendiri ke sebuah kampus di kawasan senayan dengan ditemani setia-Nya jikustik dari serang pengamen ternama dari komdak,,

and the stories begin...

waktu itu aku baru masuk kuliah, dan kebetulan aku sudah jadian selama 4bulan dengan pacarku yang terpaksa ngkost di bandung karena dia dapet spmb dan ditrima di Unpad. sebagai mahasiswa baru tentu aku belum terlalu akrab dengan teman sekalas yang notabene berjumlah lebih dari 90 orang. Pada suatu hari, aku dan teman2 makan siang di food court slah satu plaza terkemuka di kota jakarta. Saat sedang asik ngobrol2, ada seorang cowo yang datang menghampiri meja yang aku dan teman2ku tempati. Dari awal aku sudah mengetahui kalau cowo itu juga sekelas dengan ku di kampus. Dan dengan santainya dia mendatangiku trus bilang " Eh, lo dapet salam. " Ya...aku tentu aja bingung. What ?? Salam ?? Dari siapa juga ?? Suara2 di kepalaku bergemuruh. "iya, lo dapet salam tuh dari temen gue. Namanya Rizky" kata tu cowo lagi. What ?? Rizky ?? Siapa pula itu.

Beberapa hari kemarin sih, salah satu temenku cerita. Katanya dia suka sama salah seorang cowo di kelas,,nama tu cowo Rizky. Apa Rizky itu juga yang ternyata ngirim salam ke aku ??

Tapi aku gak peduli. Saat itu status ku adalah in relationship. Dan aku bukanlah tipe cw yg dengan gampangnya berpindah hati ke orang lain disaat sedang ada status dengan seseorang. Apapun gak akan menggoyahkan prinsipku itu. Dan lagian aku sayang banget sama pacarku itu. Sayaaaaannnngggg banget....sO..sebuah salam dari sesorang gak masih belum jelas rupa dan wujudnya gak akan bisa ngegoyahin hati ku.

Waktu pun terus berjalan,,aku tau mana yang namanya Rizky atau yang byasa anak2 panggil iki itu. Aku dan dia jadi akrab. Kami sering telphone2nan...banyak yang kami obrolin. Mulai dari ngebahas teman2 kelas dengan segala perilaku anehnya,,dosen2 yang dengan tega atau tidak teganya mengajar tanpa henti di kelas,,film,,musik,,keluarga,,dan semua obrolan2 gak penting lainnya. Tapi kalau kami ketemu di kelas,,kami gak pernah sekalipun ngobrol. Paling cuma ledek2an doang. Aku sering ngeledekin dia artis...hehehe..abis kta temen2 dia mirip banget sama rico ceper sih. Trus dia ngebales...cieee mutia kasim...hehehehe...mentang2 rambutku spike2 gtu de blakangnya.

Pernah sekali aku, dia dan satu temanku jalan bareng. Gak jelas gtu...bli ice cream n brownies nya texas...trus makan dan ngobrol bareng. Tapi biarpun gitu hati ku tetep gak goyah. Aku sayang sama pacarku ki. Dan dia ngerti itu. Walaupun aku tau dia pasti kesel banget setiap aku ngomongin, atau saat dia tau kalau pacarku pulang ke jakarta. Dia gak pernah sekalipun ngomong ke aku. Yang ada dia cuma marah2 gak jelas sama temen2ku yang lain.

Semua anak2 kelas sering ngledekin iki dan aku,,kyanya udah jadi rahasia umum kalau sebenernya iki tuh suka sama aku. Aku aku gak peduli atau mungkin lebih tepatnya gak peduli. Aku sayang ki sama pacarku dan aku yakin kamu tau banget soal itu.

... akhir januari 2005

malam itu, aku mimpi aneh. Aku dan temanku, ivo sedang ada di depan kamupus. Dan disana terparkir suatu kendaraan yang gedeeeee banget. Menyerupai bis mungkin. Aku dan ivo berdiri tepat di sisi kendaraan besar itu. Aku cuma bisa ngeliat kaca2 jendelanya. Dan pada saat aku sedang melihat jendela2nya yang besar. Aku melihat salah seorang temanku di dalamnya sedang melambaikan tangan...dadah2 gtu ke aku dan ivo. "Ih..vo siapa tuh vo ??" kataku nanya ke ivo. "Oh itu kan Riri ta." kata ivo. Aku balas dadah2 ke temanku yang berada di dalam bis itu. Dan pada saat aku sedang dadah2..muncul satu wajah lagi dari dalam bis. Tapi orang itu cuma menampakkan setengah wajahnya. Sepertinya dia jongok,,atau amalu2 atau yaaahhhh pokoknya dia kya cuma ngintip2 gtu deh. Aku nanya ke ivo " Eh vo, kalo itu siapa ??". "gak tau gue ta, gak kliatan" jawab ivo. Orang itu perlahan2 mulai memperlihatkan wajahnya. "Eh vo, itu kan iki." kata ku. "Oh iya ta" kata ivo setelah kami memperhatikan beberapa detik. dadaaahhhh...dadahhhhhh....dadaaahhhh ikiiiiiii.....kata ku dan ivo berbarengan. Dan iki pun membalas dadah2 kami.

2 hari sebelum ulang tahun ku....

aku sedang ada di RSCM untuk menjenguk iki. Dia masih di ruang ICU. Dirawat dengan berbagai macam selang dan peraltan medis lainnya yang melilit di sekujur tubuhnya. Wajahnya damai banget. Walau aku tau kalau saat itu dia sedang berjuang demi hidupnya. Aku berdiri di sisi kanan tubuhnya. Wajahnya yang sedang menhadap kiri, berusaha memalingkan ke kanan untuk melihatku tapi dia gak bisa. Begitu yang dikatakan temanku. Aku pun berkata lembut ke iki,,"ki...lo cepet sembuh dong. Hari rabu gue ulang taun ki. Dan gue mau lo ngucapin ke gue. Nanti kita makan pizza lagi ki. Ki,janji yah lo cepet sembuh."

2 februari 2005

hari ini hari ulang taunku,,aku on the way ke bandung untuk nemenin pacarku ke kampusnya. Hari ini dia mau ngisi KRS. Pada saat perjalanan pulang menuju Jakarta,,aku menerima telphone dari ivo. Dia ngabarin kalau iki udah gak ada. Kalau iki pada hari ini telah meninggal dunia. Aku gak percaya sama semua ini. Aku nangis sejadi-jadinya....aku gak mau dia pergi.....dia belum ngasih selamat apa2 ke aku.Tapi aku senang,,karna dalam tidurnya yang panjang itu dia tersenyum bahagia dan aku juga sangat bahagia karnanya.

20.02.2006

hari ini.....

aku kangen sama iki. Tugas bikin script drama ICJ aku gunain sebagai media ku untuk mengenang iki. Semuanya....aku tau itu gak akan pernah bisa diulang lagi. Tapi inilah yang terbaik yang Allah bisa kasih untuk ku, iki, arvin, dan semuanya. Sampai hari ini iki gak pernah ngungkapin dan bilang perasaannya ke aku. Mungkin dia nglakuin itu karna sematamata nghormatin perasaan banyak pihak. Dia dulu pernah mampir sejenak di mimpiku...tapi itu juga cuma buat ngingetin untuk dateng ke 40hariannya. Tapi sayang aku gak bisa dateng. Maaf yah ki......

Hidup terus berjalan buat ku.....dan aku hanya bisa berdoa untuknya....semoga allah senantiasa menjaga dan membhagaiakannya di sampingNYA...

oNLy hEaVen kNoWs apa perasaan Dya ke aku...dan aKu ke dYa...bYarlah sMuanya tTap seperti iNi...mJadi sUatu misTeri yG iNDah... ^ ^